Pukul 08.30 WITA sudah cukup ramai untuk sebuah kota
pusat wisata domestik di Indonesia. Jalanan dipenuhi oleh turis-turis yang
membawa kamera, suara anak-anak kecil berlarian tertawa dengan senangnya di
sebuah kedai kopi terbesar di seluruh dunia.Pemandangan ini sudah sering
terlihat dikota ini.
Sukma
Hamidah seorang tentara wanita yang sebentar lagi akan berangkat ketempat
tugasnya di sebuah negara rawan konflik, ia akan menetap disana selama 12 bulan
yang akan datang. Sukma mampir sebentar ke kedai kopi yang sering ia kunjungi,
Sukma sangat suka sekali kopi dan suasana di tempat ini. Tempat ini merupakan penyedia kopi terbaik
didunia. Sukma melihat jam yang melingkar ditangannya dan sudah waktunya ia
berangkat ke Negara rawan konflik itu. Sukma bukan tipe wanita yang terlalu
memikirkan penampilan, karena itu ia tidak membawa banyak barang sehingga ia
tidak kerepotan untuk melakukan perjalanan.
Pesawat
yang ditumpangi Sukma mendarat dengan mulus,tentu saja ia tidak berangkat
sendirian, ia berangkat bersama rekan-rekan mudanya. Sukma merupakan yang
paling tua dan memiliki pangkat paling tinggi, Sukma berumur 32 tahun dan belum
menikah, sedangkan rekan-rekannya berkisar 20 tahun. Sukma merapatkan mantel
tebalnya karena sedang musim dingin, Sukma harus mulai beradaptasi dengan cuaca
disini. Mereka segera menaiki taksi menuju asrama sekaligus markas yang
disediakan khusus untuk tempat mereka menetap.
“Nyaman.” itu yang dikatakan Sukma dalam hatinya begitu
sampai.
Tidak
terasa sudah 3 bulan berlalu, warga-warga sangat menyambut hangat tentara
Indonesia. Mereka sering bercengkrama membicarakan hal-hal kecil untuk menjalin
kedekatan. Sekarang sekitar jam 8.00, Sukma sedang menelpon bapak dan ibunya di
Indonesia waktu yang diberikan hanya satu jam. Satu jam bukan merupakan waktu
yang banyak, untuk seorang perantau jauh seperti Sukma. Sukma bercerita banyak
dengan bapaknya, karena bapaknya seorang pensiunan tentara, sedangkan ibunya
hanya menasihati agar menjaga kesehatan, cepat pulang, dan segeralah menikah.
Sukma sampai hafal dengan nasihat-nasihat yang dituturkan ibunya. Setiap
mendengar nasihat ibunya, Sukma hanya bisa tersenyum geli, mengingat perhatian
ibunya yang tidak pernah pudar. Sekarang Sukma harus memutuskan telepon karena
ia harus kembali bekerja.
Hari
ini adalah festival anak-anak, maka tentara akan berbagi kegembiraan kepada
anak-anak didaerah rawan konflik tersebut. Cuaca sangat cerah seolah-olah
mendukung kegiatan tersebut. Sukma dan rekan-rekannya berjalan ketempat
festival tersebut.
“Garuda!!”teriak segerombol pemuda.
Lalu
para pemuda tersebut berlarian menuju tempat tentara Indonesia berdiri, lalu
mereka bercengkrama dan berjalan bersama menuju tempat festival. Garuda adalah
simbol bagi tentara Indonesia ditempat itu. Setiap warga bertemu tentara
Indonesia maka mereka akan berteriak GARUDA, hal ini yang membuat Sukma bangga
menjadi seorang tentara Indonesia. Sukma berjalan paling depan, ia hanya ingin
merasakan musim panas di kota ini. Sinar matahari yang menerpa wajahnya sungguh
membuatnya ingin menangis, ia sangat merindukan tanah airnya,rindu kedua
orangtuanya ,serta merindukan kopi hangat di tempat langganannya.
“sepertinya secangkir kopi akan lebih baik bagiku.” Pikir
sukma dalam lamunannya.
Lapangan besar kini sudah disulap menjadi panggung megah dengan tirai
berwarna merah jambu. Tenda-tenda berwarna merah yang menjual makanan serta
hiasan-hiasan kecil sudah ramai dipenuhi anak-anak. Banyak permainan dan
perlombaan yang diadakan. Kini sampailah di acara utama festival tersebut,
setiap anak yang ingin mengikuti perlombaan itu harus membawa 1 tentara
kesukaan mereka, lalu mengikuti lomba bersama. Semua anak berlarian cepat ke
arah Sukma, meminta Sukma menjadi pendamping bagi mereka semua. Tetapi itu
tidak mungkin.
“Wah banyak sekali yang memilh Bu Sukma sebagai
pendamping mereka, sepertinya anak-anak sangat menyukai Tentara nan cantik
ini.” kata sang pembawa acara yang melihat semua anak berlarian ke arah Sukma
dan kebetulan mengenal Sukma. Sukma hanya bisa tersenyum manis mendengar pujian
tersebut, dan mencoba membujuk anak-anak agar mau didampingi oleh
rekan-rekannya.
“Anak-anak hari ini jangan sama ibu ya.. sama rekan-rekan
ibu saja, nanti yang menuruti perkataan ibu akan ibu berikan permen bagaimana?
Mau kan?” Sukma merasa tidak enak dengan rekan-rekannya. Sukma memang idola
anak-anak disana, karena Sukma sering kali bermain, mengajarkan dan juga
memberikan hadiah-hadiah kepada anak-anak disana. Sukma sangat suka sekali
dengan anak kecil, hal ini yang membuat sukma sangat dekat dengan mereka.
Semua
anak berlarian menuju tentara yang lainnya untuk menuruti perkataan Sukma agar
mendapatkan permen kesukaan mereka yang telah dijanjikan oleh Sukma. Ketika
Sukma ingin beranjak untuk melihat-lihat, tiba-tiba seorang anak gadis berumur
12 tahun menarik bajunya.
“Maaf aku tahu ini tidak sopan, tapi aku sungguh-sungguh
ingin mengikuti perlombaan itu. Tetapi aku tidak punya tentara kesukaan, bahkan
aku tidak mengenal kalian. Aku mohon ikutlah perlombaan itu bersama ku.”ucap
gadis itu panjang lebar menjelaskan dengan wajah tertunduk.
Sukma
yang melihat kesedihan diraut wajah anak kecil, akhirnya menyetujui permintaan
anak tersebut. Sukma dan anak gadis yang bernama Maryam mengikuti perlombaan
bersama. Ya, ternyata lomba yang diadakan adalah lomba memasak. Tidak butuh
waktu lama bagi mereka untuk akrab dan ternyata ide-ide mereka selalu sama, apa
yang dipikirkan Sukma juga dipikirkan oleh Maryam. Hal ini yang membuat mereka
sangat kompak dalam perlombaan tersebut. Dan mereka memenangkan lombanya.
Hadiah yang diperoleh diberikan seutuhnya kepada Maryam. Gadis itu tersenyum
sangat manis, matanya berbinar bahagia seperti baru mendapat harta karun.
“Terima kasih Ibu.” Teriak Maryam sambil melambaikan
tangan pada Sukma yang sudah mulai jauh.
“Sama-sama sayang.” Sukma balas berteriak.
Maryam gadis beralis tebal dengan senyum sangat cantik
umurnya masih 12 tahun. Maryam juga sudah tidak bersekolah lagi. Ia mengisi
hari-harinya dengan membantu orang tua angkatnya saja. Pagi hari ia akan
berjualan di pasar siangnya,membantu disetiap rumah-rumah warga.Dan pada saat
malam hari ia akan berlajar diam-diam agar tidak ketahuan oleh orang tua
angkatnya.Maka maryam tidak mempunyai waktu bermain seperti anak-anak lain.
Pagi
yang cerah dengan suara kicauan merdu menyambut bangun pagi Sukma.Sukma membuka
jendela dan membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam kamarnya membuat mata
Sukma sedikit menyipit.Pemandang luar biasa indah terhampar di depan mata
Sukma,dan semua orang sudah mulai sibuk bekerja.Pagi ini Sukma akan pergi ke
pasar dahulu dengan Reska,salah satu rekan kerjanya.
“Ibu Sukma ayo kita berangkat.” kata Reska membuka pintu
kamar Sukma.
“Tunggu kasih waktu 15 menit untuk siap-siap ya Reska.”
ucap Sukma sedikit kaget karena ia bahkan baru bangun tidur tetapi Reska sudah
siap.
Sukma
dan Reska sudah siap dan sedang berjalan menuju pasar.Sepanjang jalan Sukma
tidak terlalu banyak bicara hanya Reska yang bertanya-tanya untuk memecah
keheningan.
“Bu lihat itu ramai-ramai di pasar seperti orang
berkelahi ayo kita lihat bu!” Reska langsung berlari menuju pasar.
“Reska tunggu saya!”Sukma menyusul berlari.
“Maryam ayo pulang hari ini tidak perlu jualan!”ucap
seorang wanita berumur.
“Tidak bu Maryam mau jualan saja.”gadis itu berkata.
“Sekali ibu bilang pulang ya pulang Maryam,jangan jadi
anak durhaka kamu!baiklah kalau kamu tidak mau pulang ibu hancurkan saja jualan
kamu!”teriak wanita itu.
Prang!!seketika barang dagangan Maryam hancur berserakan
tak ada lagi yang bisa di jual.Kini Maryam mulai menangis,semua orang di pasar
melihat dan hanya menonton saja.Tidak ada yang berani menghentikan.
“Maryam!sekarang bergegaslah pulang!”wanita itu meraih
kayu,mengancam.
Tubuh Maryam di
seret pulang oleh wanita itu,seketika pandangan mata Maryam dengan Sukma
bertemu.Mata Maryam seakan berkata “tolong aku.”Sukma yang baru tiba sangat
kaget ia melihat barang dagangan berserak dan Maryam di seret sambil
menangis.Sukma yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan Maryam.Mana ada anak
kecil yang tidak mau pulang kerumah dan meninggalkan dagangannya,bukankah
anak-anak akan berpikir lebih baik dirumah dari pada berjualan sendirian di
pasar? Hanya ada satu kemungkinan yaitu rumah Maryam tidak layak untuk disebut
sebuah rumah.
Sukma segera berlari mengejar Maryam yang tengah diseret
ibunya.Ia mengisyratkan agar Reska diam dan pulang terlebih dahulu saja.Tapi
Reska khawatir dan segera kembali ke markas dan mengumpulkan semua tentara dan
menunggu kabar dari Sukma.20 menit tidak ada tanda-tanda apapun dari Sukma
suasananya semakin mencekam semuanya semakin khawatir.Tiba-tiba Reska teringat
bahwa ada alat pelacak disetiap baju tentara, Reska bergegas melacak dimana
keberadaan Sukma.
Disisi lain Sukma yang sedang mengikuti Maryam telah
sampai disebuah lingkungan yang kumuh rumah Maryam.Rumah yang tampak tak rapi
seperti tidak berpenghuni,dindingnya terbuat dari papan.Sukma mencari jendela
untuk melihat keadaan rumah tetapi tidak ada .Walaupun begitu Sukma tidak putus
asa ia terus mencari cara ia mengelilingi setiap sudut rumah itu.Tepat saat
Sukma mulai menyerah mencari saat itu juga celah ditemukan.Kayu-kayu yang lapuk
dan mulai dimakan rayap menimbulkan lubang yang cukup lebar mempilkan sebuah
kamar dan tempat tidur.
“Ya ampun apa yang terjadi sini?”betapa kegetnya Sukma
melihat apa isi kamar itu,rasanya kakinya tak mampu menopang
badannya,pikirannya kosong tak tahu harus berbuat apa.
“Maryam kamu harus melakukan ini,jadilah anak yang berguna
untuk ibu dan bapak!” Suara samar-samar terdengar.
“Tidak bu Maryam tidak akan melakukannya!”
Suara pecutan rotan dan teriakan menahan sakit terdengar beberapa kali.Sungguh kali ini
Sukma tidak tahan.Ia ingin sekali menarik maryam keluar dari rumah
itu.Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan seorang wanita mulai menekan-nekan alat
rakit itu sehingga menimbulkan bunyi.
“Maryam ibu sudah mengaktifkan waktunya 3 jam dari
sekarang!mau tidak mau kamu yang akan melakukan ini di pusat kota!”lagi-lagi
suara rotan terdengar.
“Sekarang masih pukul 09.00,tidak aku harus bergegas
kembali ke markas 3 jam waktu yang terlalu sedikit!”Sukma mengumpulkan semua
tenaganya berlarian menuju markas.
“Bu apa ibu baik-baik saja?”Reska menghampiri Sukma yang
berdri di depan pintu dengan wajah pucat.
“Tidak ada waktu untuk banyak bicara sekarang ku mohon
kumpulkan pasukan sebanyak mungkin ada penyerangan tepat jam 12
nanti,tidak-tidak kita harus sudah disana pukul 10.00.”kata Sukma tegas.
“Paling tidak butuh 1 jam untuk mengumpulkan semua
anggota bu apalagi anggota yang di perbatasan,”sergah rekan mudanya
“Ini saat-saat genting lakukan menurut perintahku ini
menyangkut nyawa seseorang!penyerangan bom bunuh diri!dan yang akan
melakukannya sekarang sedang menderita setengah mati!”teriak Sukma
Seluruh
rekan-rekannya terkejut langsung sibuk mencari cara.Pertama kali Sukma marah
besar mengeluarkan bentakan membuat rekan-rekannya kaget dan menyadari bahwa
betapa gentingnya suasana saat itu.Keterlambatan waktu tidak bisa dihindari.Sukma
dan anggotanya sampai pukul 11.57.3 menit sebelum bom akan meledak.Penjinak bom
masih belum datang karena jarak tempuh yang cukup jauh untuk ke pusat kota.
Maryam
sudah berdiri di tengah pusat kota sambil menangis.Seluruh badannya dipenuhi
kabel-kabel yang terlilit.Rekan-rekan Sukma mulai mengamankan warga-warga
disekitarnya
“Maryam sayang tunggu disitu jangan kemana-mana ibu akan
datang menyelamatkanmu!”kata-kata itu mengalir tulus dari hati Sukma.
Sukma
bergegas mengambil alat-alat penjinak bom,Sukma akan mengandalkan ingatannya
semasa pendidikannya dulu.Semua kaget melihat apa yang akan dilakukan Sukma.
“Tidak bu itu terlalu berbahaya tinggal 3 menit lagi bu!”
Reska mencoba menahan Sukma.
“Bagaimana aku hanya bisa diam Reska!”Sukma melepaskan
tangan Reska yang menahannya.
Sukma masuk ke dalam zona bahaya dengan sigap ia langsung
mengotak ngatik kabel-kabel tersebut.Waktu tinggal 70 detik lagi.
“Ibu berhentilah Maryam tidak apa-apa menjauhlah”ucap
Maryam menangis sambil tersenyum.
“Tidak Maryam sabarlah ibu pasti bisa melepaskanmu dan
menangkap orang tua angkat mu!”
Semua
warga yang melihat mulai di berlarian menjauh,tetapi tidak dengan rekan-rekan
Sukma mereka semua mengkhawatirkan Sukma.Tapi tidak ada yang meremehkan
kemampuan seorang Sukma.Sukma memang selalu handal dalam segala hal.
“7..6..5...4...ibu menjauhlah atau kita akan mati
bersama-sama disini bu.”teriak Maryam hampir putus asa.
“3...2...1 ibu!!!”yang terdengar hanya teriakan
Maryam.Tidak ada suara ledakan sama sekali.
Seketika senyum mengembang di wajah mereka semua.Sukma berhasil
menjinakkan bom dan tak ada satu korban jiwa.Sungguh detik-detik yang
menegangkan.
“Terima kasih ibu”Maryam menangis terisak.
“Sama-sama sayang pulanglah bersama ibu.Orang tua angkat
mu akan di proses”Sukma mengecup kening Maryam dengan matanya berkaca-kaca.
“Aku menyerahkan penangkapan orang tua angkat Maryam padamu
Reska.Lakukan dengan sebaik-baiknya jangan melibatkan Maryam terlalu jauh.Dan
apabila keteranganku diperlukan aku siap kapan saja.”jelas Sukma
“Siap komandan”tegas Reska.
Selesai
sudah tugas Sukma disini saatnya iya kembali ke tanah air.Setelah 9 bulan sejak
kejadian yang sempat menggemparkan seluruh dunia.Dan akhirnya Sukma
menginjakkan kaki di tanah kelahirannya lagi.Sukma sangat-sangat merindukan
tanah kelahirannya.
“Sayang kita akan mampir sebentar ke tempat kopi
langganan ibu sebelum kita pulang ke rumah dan bertemu kakek dan nenek.”kata
Sukma saat memasuka taksi.
“Baiklah ibu.Ibu bolehkan aku mengatakan sesuatu?”senyum
mengembang di wajah cantiknya.
“Katakanlah.”
“Aku suka negara kelahiran ibu.Dari dulu aku sering
mendengar tentangnya,aku juga sangat-sangat ingin pergi kesini suatu saat
nanti.Tetapi sekarang sudah terkabul.Terimakasih ibu.Aku sangat-sangat sayang
ibu!”kini mata kecilnya membulat besar.
Sukma hanya tersenyum mengangguk.
Akhirnya Sukma kembali ke tanah airnya bersama Maryam.Kembali menjalani
hari-harinya seperti biasa.Tetapi kali ini sedikit berbeda dengan kehadiran
Maryam.Kini hidup Sukma lebih berwarna.Bukan Sukma yang sedikit bicara
lagi.Sekarang Sukma lebih suka mengomeli Maryam karena keusilannya.
BY : SELVNE
U CAN FIND ME ON WATTPAD @SELLYLEVINE