Pelajaran Berharga Dari Orang Di sekitar
Azan
subuh berkumandang dengan indahnya, menggetarkan jiwa para pendengarnya,
menyeru manusia untuk menjalankan perintah Allah yang maha segalanya, mendengar
panggilan shalat Namira bergegas untuk mengambil air wudhu dan bersiap untuk
shalat, begitupun dengan ayah dan bunda. Dari kamar Namira mendengar suara ayah
yang bersiap untuk shalat berjamaah di masjid namun sebelum itu ayah mengetuk
pintu kamar Namira pelan.
“Bangun nak sudah azan subuh”. Kata ayah dengan lembut,
sambil mengetuk pintu.
“Iya yah namiudah wudhu yah tinggal shalat saja”. Jawab
nami santun sambil membuka pintu kamar.
“Siip hebat anak ayah!"gumam ayah lagi.
Setelah
itu ayah bersama dengan ibu dan berangkat ke masjid yang tak jauh dari rumah,
tak lama setelah itu terdengar suara Iqamah yang menandakan sudah mulainya
shalat berjamaah di masjid, yang pada saat itu namira dan ibu sudah memulai
shalat subuhnya dirumah.
Dialog
seperti ini memang selalu terjadi pada setiap subuh di keluarga kecil Namira
yang bahagia. Ayah dan ibuselalu mengingatkan Namira tentang kebaikan, shalat
tepat waktu dan ajaran-ajarna Islam lainnya.
Mungkin
minggu pagi merupakan hari yang diguankan sebagai orang untuk bermalas-malasan
seperti terlambat bangun dan sebagainya. Namun tidak untuk keluarga Namira
tidak ada kata bangun telat di keluarga ini karena di keluarga mereka sudah
dibiasakan untuk shlat subuh dan bangun tepat waktu.
Siang
harinya ayah mengajak Namira dan ibu untuk jalan-jalan di salah satu mall.
Dengan gagahnya ayah yang sudah selesai bersiap-siap duduk di sofa ruang tamu
mengenakan baju berwarna dongker. Tak lama setelah itu ibu keluar dari kamar
dengan anggunnya mengenakan jilbab panjang dan gamis berwarna merah hati senada
dengan tas yang ibu kenakan lalu duduk disamping ayah. Namira belum juga keluar
dari kamar pada saat itu.
“Nami kok lama sekali, ayo nak ayah dan ibu sudah
selesai” ujar ibu memanggil Namira.
“Iya bu sebentar jawab Nami dengan lembut
Setelah itu Namira keluar dari kamar mengenakan baju
lengan panjang dan celana jogger berwarna coklat dengan rambut panjang cantik
yang terurai.
“Kamu tiak pakai jilbab nak?” ibu bertanya kepada Nami
Nami pun menggeleng
Melihat Namira yang menggeleng ayah pun berkata
“Nak, orang tua akna dimintai pertanggung jawaban perihal
pendidikan anaknya dan salah satunya masalah jilbab ini. Ayah bertanggung jawab
atas kamu dan ibumu, gunakanlah jilbabmu dia akan menjagamu.” Ujar ayah dengan
lembut tetapi tegas
“Tugas orang tua berat nak terhadap anaknya karena akan
adalah tanggung jawab orang tua”. kata ibu menambahkan
“Iya yah, bu” jawab Nami singkat
Namira
segera kekamar dan mengenakan jilbab, sebenarnya Namira sering menggunakan
jilbab karen ia tau itu merupakan kewajiban namun terkadang ia sangat ingin
mengurai rambutnya dan terkadang dia tidak menggunakan jilbab. Beberapa menit
kemudian Namira keluar dari kamar menggunakan jilbab senada dengan pakaian yang
iya kenakan.
“Nah kan anak ayah sama ibu terlihat lebih cantik” ujar
ayah
“Iya dong yah” jawab Namira sambil tersenyum lebar
Setelah itu merekapun pergi ke salah satu mall untuk
mengisi waktu libur mereka.
Keesokan harinya adalah hari senin hari yang sangat jauh dengan hari
minggu, Namira harus memulai rutinitasnya kembali seperti biasa. Senin pagi
Namira telah sap untuk berangkat ke sekolah tak lupa memakan makanan yang telah
ibu siapkan terlebih dahulu, Namira pun berpamitan dengan ibu. Dengan jilbab
putih dan seragam lengkap Namira terlihat rapi dan cantik, tak lama setelah itu
Namira pun berangkat ke sekolah di antar oleh ayah. Namira sekolah di salah
satu SMA Negeri yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya sehingga harus ada
yang mengantarnya.
Tibalah
jam pelajaran ketiga, yaitu pelajaran agama ini merupakan salah satu pelajaran
yang Namira sukai karena sebenarnya Namira sangat ingin selalu memperbaiki diri
supaya lebih baik lagi. Seolah kebetulan Pak Syahrul membahas tentang kewajiban
seorang wanita menutup aurat. “Ayah kemarin juga membahas ini” dalam hati
Namira berkata. Pak Syahrul menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda yaitu :
“Wahai asma sesungguhnya apabila wanita telah haidh (akil baligh) tidak boleh
terlihat daripadanya kecuali ini dan ini. Beliau menunjuk wajah dan tangannya
(hr.abu daud dan baihaqi). Pak Syahrul menjelaskan dengan rinci hadits ini yang
menjelaskan perintah untuk menutup aurat.
Hati
Namira seolah terdetak dan ingin segera hijrah sepenuhnya Namira masih ada
keraguan dihatinya yang paling dalam, pada saat bel istirahat berbunyi Namira
segera mengambil bekalnya dan bersiap memakannya bersama Dila, Lia, dan Nina.
Mereka memang selalu makan bersama pada jam istirahat, tak sengaja Namira
mendengar obrolan Ardi murid nakal yang sangat ngeselin di kelas, sering membuat
oran jengkel, sedang berbicara bersama temannya, ia seolah sedang membandingkan
seseorang yang ntah siapa itu, karena Namira hanya mendengar sekilas.
“Iya sih cantik, tapi cantikan dia lah udah cantik,
berjilbab, baik, lembut kurang apa coba, perfect lah” ujar Ardi bercerita
dengan temannya. sambil melahap makannnya Namira berkata dalam hati
“Orang nakal sekalipun suka dengan orang baik dan
menghormati orang yang menutup aurat, ayah juga pernah bilang jilbabmu akan
melindungimu, apa ini maksud ayah?” tanya Namira didalam hatinya.
Satu
minggupun berlalu, tibalah pada hari libur yaitu hari Minggu, namun Namira
tidak menyukai hari Minggu ini, hari yang seharusnya digunakan bersama keluarga
harus terganggu dengan tugas kelompok yang harus dikerjakan pada hari itu.
Tepat pukul Namira dan teman-temannya berkumpul di sekolah untuk mengerjakan
tugas bersama. Namira mengenakan jilbab bunga-bunga berwarna ungu pada saat itu
merekapun mengerjakan tugas proyek dengan serius termasuk Bara cowok pendiam
baik dan rajin shalat ini terlihat sangat serius, dia memang tak banyak omong
namun siapa sih yang tidak mengenal Bara satu angkatan mungkin mengetahuinya.
Setelah
beberapa jam akhirnya tugas proyek itu pun selesai, mereka tak langsung pulang
mereka bersantai sejenak karena lelah mengerjakan tugas proyek tersebut
termasuk Namira dan Bara. Ketika sedang bercerita tiba-tiba Uli menunjukkan
sebuah foto ke Bara, foto cewek mengenakan baju hitam panjang dengan rambut
keritingnya.
“Bar liat deh, kamu kenal dia kan, cantik kali dia kan”
ujar Uli, tak lama Bara menjawab degnan lembut.
“Iya sih cantik, tapi untuk apa cantik kalau auratnya kebuka dia gak
make jilbabkan” jawaban bara tegas. Uli pun pada saat itu terdiam seketika
mendengar jawban Bara.
Namirapun mulai bertanya-tanya dalam hati “Bara orang yang pendiam baik
dan termasuk alim sangat menghargai orang berjilbab, dan ia juga terlihat
sangat kagum dengan wanita muslimah mengenakan jilbab. Ibu juga pernah bilang
orang baik akan dipertemukan dengan orang baik pula, jadi apa salahnya aku
memperbaiki diri dan lebih baik lagi dengan jilbabku tanpa melepasnya pada saat
tertentu, toh Ardi orang yang nakal dan ngeselin juga sangat menghormati dan
menyukai wanita berjilbab” hati Namira berkata seperti itu.
Ntah
mengapa Namira tiba-tiba mengambil kesimpulan pada saat itu juga bahwa “Orang
jahat / orang brengsek sekalipun akan menghargai dan menghormati wanita
berjilbab karena jilbab akan menjagamu”.
Pada
hari itu Namira sangat mantap untuk lebih baik lagi dan hijrah mengenakan
jilbab tanpa melepasnya lagi, keinginan itu sudah datang dari hatinya. Setelah
mereka berbicara, bercanda gurau dan tertawa tak terasa waktu shalat zuhur pun
tiba, mereka bergegas untuk ke mesjid dekat sekolah untuk shalat, begitupun
Namira ia tau bahwa azan sudah memanggilnya untuk shalat. Setelah selesai
shalat merekapun pulang ke rumah masing-masing.
Sesampainya di rumah Namira berteriak keras “Ibuuu” “Ada apa sayang” Ibu
menjawab dengan lembut, Namira belum ingin memberi tahu kepada ibu tentang
keputusannya untuk hijrah ini, Nami belum memberi tahu kepada ayah karena pada
saat itu ayah sedang berada di luar kota dan Nami pergi kerja kelompok nebeng
dengan Uli yang kebetulan jarak rumah mereka tak terlalu jauh.
“Bu seandainya Nami berjilbab terus gimana bu?” tanya
Namira
“Maksudnya nak? Kamukan memang sudah mengenakan jilbab”
tanya ibu kembali. “Bukan bu, maksudnya tu di pake terus ga lepas-lepas
biasanya Nami suka gapake jilbab kalau kelaur rumah misalnya ke warung gitu,
sekarang di pakai terus bu” jelas Nami
Mendengar perkataan Nami ibu tersenyum senang dan terlihat bangga “Bagus
dong nak, ibu mendukung keputusan kamu ini sebagai wanita muslim memang sudah
seharusnya begitu” kata ibu menyemangati Nami. Mendengar kata-kata ibu yang
menyejukkan hati, Namira semakin mantap untuk berhijrah memperbaiki diri semoga
lebih baik lagi kedepannya, Nami juga sangat berharap apabila dia memiliki
salah atau ada perkataannya yang menyinggung hati seorang jangan pernah ada
yang menyalahkan jilbabnya apalagi agamanya. Ingatkan saja dan tegurlah
kesalahannya karena jilbabnya tidak salah. Nami akan terus berusaha untuk ubah
tingkah laku tentunya menjadi lebih baik lagi.
Kini
Namira sudah mantap dengan jilbabnya, Namira tampil sangat cantik dengan
menutup rambutnya dan tidak membukanya lagi kecuali terhadap mahramnya yaitu
ayahnya.
by anaru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar