Rabu, 26 September 2018

Pelajaran Berharga Dari Orang Di sekitar


Pelajaran Berharga Dari Orang Di sekitar


            Azan subuh berkumandang dengan indahnya, menggetarkan jiwa para pendengarnya, menyeru manusia untuk menjalankan perintah Allah yang maha segalanya, mendengar panggilan shalat Namira bergegas untuk mengambil air wudhu dan bersiap untuk shalat, begitupun dengan ayah dan bunda. Dari kamar Namira mendengar suara ayah yang bersiap untuk shalat berjamaah di masjid namun sebelum itu ayah mengetuk pintu kamar Namira pelan.

“Bangun nak sudah azan subuh”. Kata ayah dengan lembut, sambil mengetuk pintu.

“Iya yah namiudah wudhu yah tinggal shalat saja”. Jawab nami santun sambil membuka pintu kamar.

“Siip hebat anak ayah!"gumam ayah lagi.

            Setelah itu ayah bersama dengan ibu dan berangkat ke masjid yang tak jauh dari rumah, tak lama setelah itu terdengar suara Iqamah yang menandakan sudah mulainya shalat berjamaah di masjid, yang pada saat itu namira dan ibu sudah memulai shalat subuhnya dirumah.

            Dialog seperti ini memang selalu terjadi pada setiap subuh di keluarga kecil Namira yang bahagia. Ayah dan ibuselalu mengingatkan Namira tentang kebaikan, shalat tepat waktu dan ajaran-ajarna Islam lainnya.

            Mungkin minggu pagi merupakan hari yang diguankan sebagai orang untuk bermalas-malasan seperti terlambat bangun dan sebagainya. Namun tidak untuk keluarga Namira tidak ada kata bangun telat di keluarga ini karena di keluarga mereka sudah dibiasakan untuk shlat subuh dan bangun tepat waktu.

            Siang harinya ayah mengajak Namira dan ibu untuk jalan-jalan di salah satu mall. Dengan gagahnya ayah yang sudah selesai bersiap-siap duduk di sofa ruang tamu mengenakan baju berwarna dongker. Tak lama setelah itu ibu keluar dari kamar dengan anggunnya mengenakan jilbab panjang dan gamis berwarna merah hati senada dengan tas yang ibu kenakan lalu duduk disamping ayah. Namira belum juga keluar dari kamar pada saat itu.

“Nami kok lama sekali, ayo nak ayah dan ibu sudah selesai” ujar ibu memanggil Namira.

“Iya bu sebentar jawab Nami dengan lembut

Setelah itu Namira keluar dari kamar mengenakan baju lengan panjang dan celana jogger berwarna coklat dengan rambut panjang cantik yang terurai.

“Kamu tiak pakai jilbab nak?” ibu bertanya kepada Nami

Nami pun menggeleng

Melihat Namira yang menggeleng ayah pun berkata

“Nak, orang tua akna dimintai pertanggung jawaban perihal pendidikan anaknya dan salah satunya masalah jilbab ini. Ayah bertanggung jawab atas kamu dan ibumu, gunakanlah jilbabmu dia akan menjagamu.” Ujar ayah dengan lembut tetapi tegas

“Tugas orang tua berat nak terhadap anaknya karena akan adalah tanggung jawab orang tua”. kata ibu menambahkan

“Iya yah, bu” jawab Nami singkat

            Namira segera kekamar dan mengenakan jilbab, sebenarnya Namira sering menggunakan jilbab karen ia tau itu merupakan kewajiban namun terkadang ia sangat ingin mengurai rambutnya dan terkadang dia tidak menggunakan jilbab. Beberapa menit kemudian Namira keluar dari kamar menggunakan jilbab senada dengan pakaian yang iya kenakan.

“Nah kan anak ayah sama ibu terlihat lebih cantik” ujar ayah

“Iya dong yah” jawab Namira sambil tersenyum lebar

Setelah itu merekapun pergi ke salah satu mall untuk mengisi waktu libur mereka.

            Keesokan harinya adalah hari senin hari yang sangat jauh dengan hari minggu, Namira harus memulai rutinitasnya kembali seperti biasa. Senin pagi Namira telah sap untuk berangkat ke sekolah tak lupa memakan makanan yang telah ibu siapkan terlebih dahulu, Namira pun berpamitan dengan ibu. Dengan jilbab putih dan seragam lengkap Namira terlihat rapi dan cantik, tak lama setelah itu Namira pun berangkat ke sekolah di antar oleh ayah. Namira sekolah di salah satu SMA Negeri yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya sehingga harus ada yang mengantarnya.

            Tibalah jam pelajaran ketiga, yaitu pelajaran agama ini merupakan salah satu pelajaran yang Namira sukai karena sebenarnya Namira sangat ingin selalu memperbaiki diri supaya lebih baik lagi. Seolah kebetulan Pak Syahrul membahas tentang kewajiban seorang wanita menutup aurat. “Ayah kemarin juga membahas ini” dalam hati Namira berkata. Pak Syahrul menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda yaitu : “Wahai asma sesungguhnya apabila wanita telah haidh (akil baligh) tidak boleh terlihat daripadanya kecuali ini dan ini. Beliau menunjuk wajah dan tangannya (hr.abu daud dan baihaqi). Pak Syahrul menjelaskan dengan rinci hadits ini yang menjelaskan perintah untuk menutup aurat.

            Hati Namira seolah terdetak dan ingin segera hijrah sepenuhnya Namira masih ada keraguan dihatinya yang paling dalam, pada saat bel istirahat berbunyi Namira segera mengambil bekalnya dan bersiap memakannya bersama Dila, Lia, dan Nina. Mereka memang selalu makan bersama pada jam istirahat, tak sengaja Namira mendengar obrolan Ardi murid nakal yang sangat ngeselin di kelas, sering membuat oran jengkel, sedang berbicara bersama temannya, ia seolah sedang membandingkan seseorang yang ntah siapa itu, karena Namira hanya mendengar sekilas.

“Iya sih cantik, tapi cantikan dia lah udah cantik, berjilbab, baik, lembut kurang apa coba, perfect lah” ujar Ardi bercerita dengan temannya. sambil melahap makannnya Namira berkata dalam hati

“Orang nakal sekalipun suka dengan orang baik dan menghormati orang yang menutup aurat, ayah juga pernah bilang jilbabmu akan melindungimu, apa ini maksud ayah?” tanya Namira didalam hatinya.

            Satu minggupun berlalu, tibalah pada hari libur yaitu hari Minggu, namun Namira tidak menyukai hari Minggu ini, hari yang seharusnya digunakan bersama keluarga harus terganggu dengan tugas kelompok yang harus dikerjakan pada hari itu. Tepat pukul Namira dan teman-temannya berkumpul di sekolah untuk mengerjakan tugas bersama. Namira mengenakan jilbab bunga-bunga berwarna ungu pada saat itu merekapun mengerjakan tugas proyek dengan serius termasuk Bara cowok pendiam baik dan rajin shalat ini terlihat sangat serius, dia memang tak banyak omong namun siapa sih yang tidak mengenal Bara satu angkatan mungkin mengetahuinya.

            Setelah beberapa jam akhirnya tugas proyek itu pun selesai, mereka tak langsung pulang mereka bersantai sejenak karena lelah mengerjakan tugas proyek tersebut termasuk Namira dan Bara. Ketika sedang bercerita tiba-tiba Uli menunjukkan sebuah foto ke Bara, foto cewek mengenakan baju hitam panjang dengan rambut keritingnya.

“Bar liat deh, kamu kenal dia kan, cantik kali dia kan” ujar Uli, tak lama Bara menjawab degnan lembut.  “Iya sih cantik, tapi untuk apa cantik kalau auratnya kebuka dia gak make jilbabkan” jawaban bara tegas. Uli pun pada saat itu terdiam seketika mendengar jawban Bara.

            Namirapun mulai bertanya-tanya dalam hati “Bara orang yang pendiam baik dan termasuk alim sangat menghargai orang berjilbab, dan ia juga terlihat sangat kagum dengan wanita muslimah mengenakan jilbab. Ibu juga pernah bilang orang baik akan dipertemukan dengan orang baik pula, jadi apa salahnya aku memperbaiki diri dan lebih baik lagi dengan jilbabku tanpa melepasnya pada saat tertentu, toh Ardi orang yang nakal dan ngeselin juga sangat menghormati dan menyukai wanita berjilbab” hati Namira berkata seperti itu.

            Ntah mengapa Namira tiba-tiba mengambil kesimpulan pada saat itu juga bahwa “Orang jahat / orang brengsek sekalipun akan menghargai dan menghormati wanita berjilbab karena jilbab akan menjagamu”.

            Pada hari itu Namira sangat mantap untuk lebih baik lagi dan hijrah mengenakan jilbab tanpa melepasnya lagi, keinginan itu sudah datang dari hatinya. Setelah mereka berbicara, bercanda gurau dan tertawa tak terasa waktu shalat zuhur pun tiba, mereka bergegas untuk ke mesjid dekat sekolah untuk shalat, begitupun Namira ia tau bahwa azan sudah memanggilnya untuk shalat. Setelah selesai shalat merekapun pulang ke rumah masing-masing.

            Sesampainya di rumah Namira berteriak keras “Ibuuu” “Ada apa sayang” Ibu menjawab dengan lembut, Namira belum ingin memberi tahu kepada ibu tentang keputusannya untuk hijrah ini, Nami belum memberi tahu kepada ayah karena pada saat itu ayah sedang berada di luar kota dan Nami pergi kerja kelompok nebeng dengan Uli yang kebetulan jarak rumah mereka tak terlalu jauh.

“Bu seandainya Nami berjilbab terus gimana bu?” tanya Namira

“Maksudnya nak? Kamukan memang sudah mengenakan jilbab” tanya ibu kembali. “Bukan bu, maksudnya tu di pake terus ga lepas-lepas biasanya Nami suka gapake jilbab kalau kelaur rumah misalnya ke warung gitu, sekarang di pakai terus bu” jelas Nami

            Mendengar perkataan Nami ibu tersenyum senang dan terlihat bangga “Bagus dong nak, ibu mendukung keputusan kamu ini sebagai wanita muslim memang sudah seharusnya begitu” kata ibu menyemangati Nami. Mendengar kata-kata ibu yang menyejukkan hati, Namira semakin mantap untuk berhijrah memperbaiki diri semoga lebih baik lagi kedepannya, Nami juga sangat berharap apabila dia memiliki salah atau ada perkataannya yang menyinggung hati seorang jangan pernah ada yang menyalahkan jilbabnya apalagi agamanya. Ingatkan saja dan tegurlah kesalahannya karena jilbabnya tidak salah. Nami akan terus berusaha untuk ubah tingkah laku tentunya menjadi lebih baik lagi.


            Kini Namira sudah mantap dengan jilbabnya, Namira tampil sangat cantik dengan menutup rambutnya dan tidak membukanya lagi kecuali terhadap mahramnya yaitu ayahnya.


by anaru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumahku

Karya : Iqbal Permana Putra Rumahku, temapat ku bernaung Dari teriknya matahari Derasnya hujan yang menimpa Hingga dinginya suasa...