Rabu, 26 September 2018

Love Unconditionally



Pukul 08.30 WITA sudah cukup ramai untuk sebuah kota pusat wisata domestik di Indonesia. Jalanan dipenuhi oleh turis-turis yang membawa kamera, suara anak-anak kecil berlarian tertawa dengan senangnya di sebuah kedai kopi terbesar di seluruh dunia.Pemandangan ini sudah sering terlihat dikota ini.

            Sukma Hamidah seorang tentara wanita yang sebentar lagi akan berangkat ketempat tugasnya di sebuah negara rawan konflik, ia akan menetap disana selama 12 bulan yang akan datang. Sukma mampir sebentar ke kedai kopi yang sering ia kunjungi, Sukma sangat suka sekali kopi dan suasana di tempat ini.  Tempat ini merupakan penyedia kopi terbaik didunia. Sukma melihat jam yang melingkar ditangannya dan sudah waktunya ia berangkat ke Negara rawan konflik itu. Sukma bukan tipe wanita yang terlalu memikirkan penampilan, karena itu ia tidak membawa banyak barang sehingga ia tidak kerepotan untuk melakukan perjalanan.

            Pesawat yang ditumpangi Sukma mendarat dengan mulus,tentu saja ia tidak berangkat sendirian, ia berangkat bersama rekan-rekan mudanya. Sukma merupakan yang paling tua dan memiliki pangkat paling tinggi, Sukma berumur 32 tahun dan belum menikah, sedangkan rekan-rekannya berkisar 20 tahun. Sukma merapatkan mantel tebalnya karena sedang musim dingin, Sukma harus mulai beradaptasi dengan cuaca disini. Mereka segera menaiki taksi menuju asrama sekaligus markas yang disediakan khusus untuk tempat mereka menetap.

“Nyaman.” itu yang dikatakan Sukma dalam hatinya begitu sampai.

            Tidak terasa sudah 3 bulan berlalu, warga-warga sangat menyambut hangat tentara Indonesia. Mereka sering bercengkrama membicarakan hal-hal kecil untuk menjalin kedekatan. Sekarang sekitar jam 8.00, Sukma sedang menelpon bapak dan ibunya di Indonesia waktu yang diberikan hanya satu jam. Satu jam bukan merupakan waktu yang banyak, untuk seorang perantau jauh seperti Sukma. Sukma bercerita banyak dengan bapaknya, karena bapaknya seorang pensiunan tentara, sedangkan ibunya hanya menasihati agar menjaga kesehatan, cepat pulang, dan segeralah menikah. Sukma sampai hafal dengan nasihat-nasihat yang dituturkan ibunya. Setiap mendengar nasihat ibunya, Sukma hanya bisa tersenyum geli, mengingat perhatian ibunya yang tidak pernah pudar. Sekarang Sukma harus memutuskan telepon karena ia harus kembali bekerja.

            Hari ini adalah festival anak-anak, maka tentara akan berbagi kegembiraan kepada anak-anak didaerah rawan konflik tersebut. Cuaca sangat cerah seolah-olah mendukung kegiatan tersebut. Sukma dan rekan-rekannya berjalan ketempat festival tersebut.

“Garuda!!”teriak segerombol pemuda.

            Lalu para pemuda tersebut berlarian menuju tempat tentara Indonesia berdiri, lalu mereka bercengkrama dan berjalan bersama menuju tempat festival. Garuda adalah simbol bagi tentara Indonesia ditempat itu. Setiap warga bertemu tentara Indonesia maka mereka akan berteriak GARUDA, hal ini yang membuat Sukma bangga menjadi seorang tentara Indonesia. Sukma berjalan paling depan, ia hanya ingin merasakan musim panas di kota ini. Sinar matahari yang menerpa wajahnya sungguh membuatnya ingin menangis, ia sangat merindukan tanah airnya,rindu kedua orangtuanya ,serta merindukan kopi hangat di tempat langganannya.

“sepertinya secangkir kopi akan lebih baik bagiku.” Pikir sukma dalam lamunannya.

                        Lapangan besar kini sudah disulap menjadi panggung megah dengan tirai berwarna merah jambu. Tenda-tenda berwarna merah yang menjual makanan serta hiasan-hiasan kecil sudah ramai dipenuhi anak-anak. Banyak permainan dan perlombaan yang diadakan. Kini sampailah di acara utama festival tersebut, setiap anak yang ingin mengikuti perlombaan itu harus membawa 1 tentara kesukaan mereka, lalu mengikuti lomba bersama. Semua anak berlarian cepat ke arah Sukma, meminta Sukma menjadi pendamping bagi mereka semua. Tetapi itu tidak mungkin.

“Wah banyak sekali yang memilh Bu Sukma sebagai pendamping mereka, sepertinya anak-anak sangat menyukai Tentara nan cantik ini.” kata sang pembawa acara yang melihat semua anak berlarian ke arah Sukma dan kebetulan mengenal Sukma. Sukma hanya bisa tersenyum manis mendengar pujian tersebut, dan mencoba membujuk anak-anak agar mau didampingi oleh rekan-rekannya.

“Anak-anak hari ini jangan sama ibu ya.. sama rekan-rekan ibu saja, nanti yang menuruti perkataan ibu akan ibu berikan permen bagaimana? Mau kan?” Sukma merasa tidak enak dengan rekan-rekannya. Sukma memang idola anak-anak disana, karena Sukma sering kali bermain, mengajarkan dan juga memberikan hadiah-hadiah kepada anak-anak disana. Sukma sangat suka sekali dengan anak kecil, hal ini yang membuat sukma sangat dekat dengan mereka.

            Semua anak berlarian menuju tentara yang lainnya untuk menuruti perkataan Sukma agar mendapatkan permen kesukaan mereka yang telah dijanjikan oleh Sukma. Ketika Sukma ingin beranjak untuk melihat-lihat, tiba-tiba seorang anak gadis berumur 12 tahun menarik bajunya.

“Maaf aku tahu ini tidak sopan, tapi aku sungguh-sungguh ingin mengikuti perlombaan itu. Tetapi aku tidak punya tentara kesukaan, bahkan aku tidak mengenal kalian. Aku mohon ikutlah perlombaan itu bersama ku.”ucap gadis itu panjang lebar menjelaskan dengan wajah tertunduk.

            Sukma yang melihat kesedihan diraut wajah anak kecil, akhirnya menyetujui permintaan anak tersebut. Sukma dan anak gadis yang bernama Maryam mengikuti perlombaan bersama. Ya, ternyata lomba yang diadakan adalah lomba memasak. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk akrab dan ternyata ide-ide mereka selalu sama, apa yang dipikirkan Sukma juga dipikirkan oleh Maryam. Hal ini yang membuat mereka sangat kompak dalam perlombaan tersebut. Dan mereka memenangkan lombanya. Hadiah yang diperoleh diberikan seutuhnya kepada Maryam. Gadis itu tersenyum sangat manis, matanya berbinar bahagia seperti baru mendapat harta karun.


“Terima kasih Ibu.” Teriak Maryam sambil melambaikan tangan pada Sukma yang sudah mulai jauh.

“Sama-sama sayang.” Sukma balas berteriak.

Maryam gadis beralis tebal dengan senyum sangat cantik umurnya masih 12 tahun. Maryam juga sudah tidak bersekolah lagi. Ia mengisi hari-harinya dengan membantu orang tua angkatnya saja. Pagi hari ia akan berjualan di pasar siangnya,membantu disetiap rumah-rumah warga.Dan pada saat malam hari ia akan berlajar diam-diam agar tidak ketahuan oleh orang tua angkatnya.Maka maryam tidak mempunyai waktu bermain seperti anak-anak lain.

            Pagi yang cerah dengan suara kicauan merdu menyambut bangun pagi Sukma.Sukma membuka jendela dan membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam kamarnya membuat mata Sukma sedikit menyipit.Pemandang luar biasa indah terhampar di depan mata Sukma,dan semua orang sudah mulai sibuk bekerja.Pagi ini Sukma akan pergi ke pasar dahulu dengan Reska,salah satu rekan kerjanya.

“Ibu Sukma ayo kita berangkat.” kata Reska membuka pintu kamar Sukma.

“Tunggu kasih waktu 15 menit untuk siap-siap ya Reska.” ucap Sukma sedikit kaget karena ia bahkan baru bangun tidur tetapi Reska sudah siap.

            Sukma dan Reska sudah siap dan sedang berjalan menuju pasar.Sepanjang jalan Sukma tidak terlalu banyak bicara hanya Reska yang bertanya-tanya untuk memecah keheningan.

“Bu lihat itu ramai-ramai di pasar seperti orang berkelahi ayo kita lihat bu!” Reska langsung berlari menuju pasar.

“Reska tunggu saya!”Sukma menyusul berlari.

“Maryam ayo pulang hari ini tidak perlu jualan!”ucap seorang wanita berumur.

“Tidak bu Maryam mau jualan saja.”gadis itu berkata.

“Sekali ibu bilang pulang ya pulang Maryam,jangan jadi anak durhaka kamu!baiklah kalau kamu tidak mau pulang ibu hancurkan saja jualan kamu!”teriak wanita itu.

Prang!!seketika barang dagangan Maryam hancur berserakan tak ada lagi yang bisa di jual.Kini Maryam mulai menangis,semua orang di pasar melihat dan hanya menonton saja.Tidak ada yang berani menghentikan.

“Maryam!sekarang bergegaslah pulang!”wanita itu meraih kayu,mengancam.

 Tubuh Maryam di seret pulang oleh wanita itu,seketika pandangan mata Maryam dengan Sukma bertemu.Mata Maryam seakan berkata “tolong aku.”Sukma yang baru tiba sangat kaget ia melihat barang dagangan berserak dan Maryam di seret sambil menangis.Sukma yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan Maryam.Mana ada anak kecil yang tidak mau pulang kerumah dan meninggalkan dagangannya,bukankah anak-anak akan berpikir lebih baik dirumah dari pada berjualan sendirian di pasar? Hanya ada satu kemungkinan yaitu rumah Maryam tidak layak untuk disebut sebuah rumah.

Sukma segera berlari mengejar Maryam yang tengah diseret ibunya.Ia mengisyratkan agar Reska diam dan pulang terlebih dahulu saja.Tapi Reska khawatir dan segera kembali ke markas dan mengumpulkan semua tentara dan menunggu kabar dari Sukma.20 menit tidak ada tanda-tanda apapun dari Sukma suasananya semakin mencekam semuanya semakin khawatir.Tiba-tiba Reska teringat bahwa ada alat pelacak disetiap baju tentara, Reska bergegas melacak dimana keberadaan Sukma.

Disisi lain Sukma yang sedang mengikuti Maryam telah sampai disebuah lingkungan yang kumuh rumah Maryam.Rumah yang tampak tak rapi seperti tidak berpenghuni,dindingnya terbuat dari papan.Sukma mencari jendela untuk melihat keadaan rumah tetapi tidak ada .Walaupun begitu Sukma tidak putus asa ia terus mencari cara ia mengelilingi setiap sudut rumah itu.Tepat saat Sukma mulai menyerah mencari saat itu juga celah ditemukan.Kayu-kayu yang lapuk dan mulai dimakan rayap menimbulkan lubang yang cukup lebar mempilkan sebuah kamar dan tempat tidur.

“Ya ampun apa yang terjadi sini?”betapa kegetnya Sukma melihat apa isi kamar itu,rasanya kakinya tak mampu menopang badannya,pikirannya kosong tak tahu harus berbuat apa.

“Maryam kamu harus melakukan ini,jadilah anak yang berguna untuk ibu dan bapak!” Suara samar-samar terdengar.

“Tidak bu Maryam tidak akan melakukannya!”

Suara pecutan rotan dan teriakan menahan sakit  terdengar beberapa kali.Sungguh kali ini Sukma tidak tahan.Ia ingin sekali menarik maryam keluar dari rumah itu.Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan seorang wanita mulai menekan-nekan alat rakit itu sehingga menimbulkan bunyi.

“Maryam ibu sudah mengaktifkan waktunya 3 jam dari sekarang!mau tidak mau kamu yang akan melakukan ini di pusat kota!”lagi-lagi suara rotan terdengar.

“Sekarang masih pukul 09.00,tidak aku harus bergegas kembali ke markas 3 jam waktu yang terlalu sedikit!”Sukma mengumpulkan semua tenaganya berlarian menuju markas.

“Bu apa ibu baik-baik saja?”Reska menghampiri Sukma yang berdri di depan pintu dengan wajah pucat.

“Tidak ada waktu untuk banyak bicara sekarang ku mohon kumpulkan pasukan sebanyak mungkin ada penyerangan tepat jam 12 nanti,tidak-tidak kita harus sudah disana pukul 10.00.”kata Sukma tegas.

“Paling tidak butuh 1 jam untuk mengumpulkan semua anggota bu apalagi anggota yang di perbatasan,”sergah rekan mudanya

“Ini saat-saat genting lakukan menurut perintahku ini menyangkut nyawa seseorang!penyerangan bom bunuh diri!dan yang akan melakukannya sekarang sedang menderita setengah mati!”teriak Sukma

            Seluruh rekan-rekannya terkejut langsung sibuk mencari cara.Pertama kali Sukma marah besar mengeluarkan bentakan membuat rekan-rekannya kaget dan menyadari bahwa betapa gentingnya suasana saat itu.Keterlambatan waktu tidak bisa dihindari.Sukma dan anggotanya sampai pukul 11.57.3 menit sebelum bom akan meledak.Penjinak bom masih belum datang karena jarak tempuh yang cukup jauh untuk ke pusat kota.

            Maryam sudah berdiri di tengah pusat kota sambil menangis.Seluruh badannya dipenuhi kabel-kabel yang terlilit.Rekan-rekan Sukma mulai mengamankan warga-warga disekitarnya

“Maryam sayang tunggu disitu jangan kemana-mana ibu akan datang menyelamatkanmu!”kata-kata itu mengalir tulus dari hati Sukma.

            Sukma bergegas mengambil alat-alat penjinak bom,Sukma akan mengandalkan ingatannya semasa pendidikannya dulu.Semua kaget melihat apa yang akan dilakukan Sukma.

“Tidak bu itu terlalu berbahaya tinggal 3 menit lagi bu!” Reska mencoba menahan Sukma.

“Bagaimana aku hanya bisa diam Reska!”Sukma melepaskan tangan Reska yang menahannya.

Sukma masuk ke dalam zona bahaya dengan sigap ia langsung mengotak ngatik kabel-kabel tersebut.Waktu tinggal 70 detik lagi.

“Ibu berhentilah Maryam tidak apa-apa menjauhlah”ucap Maryam menangis sambil tersenyum.

“Tidak Maryam sabarlah ibu pasti bisa melepaskanmu dan menangkap orang tua angkat mu!”

            Semua warga yang melihat mulai di berlarian menjauh,tetapi tidak dengan rekan-rekan Sukma mereka semua mengkhawatirkan Sukma.Tapi tidak ada yang meremehkan kemampuan seorang Sukma.Sukma memang selalu handal dalam segala hal.

“7..6..5...4...ibu menjauhlah atau kita akan mati bersama-sama disini bu.”teriak Maryam hampir putus asa.

“3...2...1 ibu!!!”yang terdengar hanya teriakan Maryam.Tidak ada suara ledakan sama sekali.

            Seketika senyum mengembang di wajah mereka semua.Sukma berhasil menjinakkan bom dan tak ada satu korban jiwa.Sungguh detik-detik yang menegangkan.

“Terima kasih ibu”Maryam menangis terisak.

“Sama-sama sayang pulanglah bersama ibu.Orang tua angkat mu akan di proses”Sukma mengecup kening Maryam dengan matanya berkaca-kaca.

“Aku menyerahkan penangkapan orang tua angkat Maryam padamu Reska.Lakukan dengan sebaik-baiknya jangan melibatkan Maryam terlalu jauh.Dan apabila keteranganku diperlukan aku siap kapan saja.”jelas Sukma

“Siap komandan”tegas Reska.

            Selesai sudah tugas Sukma disini saatnya iya kembali ke tanah air.Setelah 9 bulan sejak kejadian yang sempat menggemparkan seluruh dunia.Dan akhirnya Sukma menginjakkan kaki di tanah kelahirannya lagi.Sukma sangat-sangat merindukan tanah kelahirannya.

“Sayang kita akan mampir sebentar ke tempat kopi langganan ibu sebelum kita pulang ke rumah dan bertemu kakek dan nenek.”kata Sukma saat memasuka taksi.

“Baiklah ibu.Ibu bolehkan aku mengatakan sesuatu?”senyum mengembang di wajah cantiknya.

“Katakanlah.”

“Aku suka negara kelahiran ibu.Dari dulu aku sering mendengar tentangnya,aku juga sangat-sangat ingin pergi kesini suatu saat nanti.Tetapi sekarang sudah terkabul.Terimakasih ibu.Aku sangat-sangat sayang ibu!”kini mata kecilnya membulat besar.

Sukma hanya tersenyum mengangguk.
            Akhirnya Sukma kembali ke tanah airnya bersama Maryam.Kembali menjalani hari-harinya seperti biasa.Tetapi kali ini sedikit berbeda dengan kehadiran Maryam.Kini hidup Sukma lebih berwarna.Bukan Sukma yang sedikit bicara lagi.Sekarang Sukma lebih suka mengomeli Maryam karena keusilannya.


BY : SELVNE

U CAN FIND ME ON WATTPAD @SELLYLEVINE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumahku

Karya : Iqbal Permana Putra Rumahku, temapat ku bernaung Dari teriknya matahari Derasnya hujan yang menimpa Hingga dinginya suasa...